MAHASISWA SASTRA INDONESIA UNY PENTASKAN "MANGIR DAN RAHIM SEMESTA"

FBS, KARANGMALANG – Minggu, (30/12) mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni UNY (FBS UNY) angkatan 2016 menggelar pentas kolosal dengan lakon “Mangir dan Rahim Semesta”. Diselenggarakan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, pentas yang merupakan bagian dari mata kuliah Pentas Drama ini sekaligus merupakan malam puncak perhelatan Bulan Bahasa Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (KMSI) yang digelar sejak awal Oktober 2018.

“Para mahasiswa dari tiga kelas mata kuliah Pentas Drama menghimpun dalam Teater Mirat,” ungkap Ahmad Hayya selaku sutradara pementasan. Lakon “Mangir dan Rahim Semesta” diadaptasi dari naskah Mangir karya Pramoedya Ananta Toer. Pementasan ini mengangkat sisi yang jarang diangkat dalam beberapa pementasan bertajuk Mangir. Kebanyakan orang ketika dihadapkan pada cerita Mangir pasti akan selalu mengingat peristiwa pembunuhan Ki Ageng Mangir oleh Panembahan Senopati. Padahal jauh dari itu, banyak nilai-nilai yang justru lebih baik untuk diangkat.

Naskah tersebut membuka ruang eksplorasi sangat luas dan peluang itulah yang dicoba didalami Teater Mirat. “Kami berusaha keras untuk menggali referensi dan mencari ruang aktualisasi perempuan dalam cerita dengan sudut pandang yang berbeda,” tambah Ahmad Hayya.

Pambayun dalam konteks cerita Mangir dipandang sebagai masalah, tetapi sekaligus juga pemecah masalah. Lakon ini ingin menampilkan perempuan sebagai sentral lalu dicoba diaktualisasikan perannya. “Melalui tokoh perempuan, kami mencoba untuk mencari jalan tengah dari perselihan Mangir dan Mataram itu,” kata Hayya.

Pementasan yang dihelat Teater Mirat terbilang sukses. Jumlah penonton dan apresiasi mereka di luar eksprektasi. Waktu tiga bulan untuk mempersiapkan pementasan drama kolosal itu tidaklah sia-sia. “Saya kira, Teater Mirat berhasil mengeksplorasi kisah Mangir dan menyajikan sudut pandang baru. Konflik Pambayun, Wanabaya, Baru Klinting, dan Mandaraka, misalnya, berhasil ditampilkan dengan kuat,” ungkap Else Liliani, salah satu dosen pembimbing Mata Kuliah Pentas Drama. (Tim)